Minggu, 06 Maret 2016

AD/ART RAPI

ANGGARAN DASAR
RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA
PEMBUKAAN

Bahwa tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahwa RAPI sebagai penyelenggara Komunikasi Radio Antar Penduduk mempunyai arti yang strategis dalam implementasi kebijakan Pemerintahan, untuk itu perlu mewujudkan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi serta memelihara lingkungan hidup secara berkelanjutan.
RAPI sebagai Organisasi Kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang Komunikasi Radio Antar Penduduk dan siap untuk ikut serta membantu Pemerintah dan masyarakat dalam informasi penanggulangan bencana alam dan bencana sosial.
RAPI merupakan Organisasi yang menjunjung tinggi toleransi dan solidaritas bagi seluruh WNI, untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berupaya menanamkan kesadaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sesungguhnya Pemerintah Republik Indonesia telah memberi tempat dan hak kepada Komunikasi Radio Antar Penduduk, maka dibentuklah Organisasi yang bernama “RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA” dengan VISI “Menjadi Radio Antar Penduduk Indonesia yang Berkualitas Sebagai Aset Nasional“. Dalam rangka melindungi Organisasi dan Pemegang Izin Komunikasi Radio Antar Penduduk, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia.
BAB I
KODE ETIK
Pasal 1
KODE ETIK RAPI
Anggota RAPI berjiwa Patuh
Anggota RAPI harus patuh pada perundang-undangan telekomunikasi dan peraturan yang berlaku.
Anggota RAPI berjiwa jujur
Anggota RAPI harus berperilaku jujur.
Anggota RAPI berjiwa Santun
Anggota RAPI harus santun dalam berkomunikasi.
Anggota RAPI berjiwa Tenggang Rasa
Anggota RAPI harus memiliki tenggang-rasa terhadap sesama.
Anggota RAPI berjiwa Tanggung-Jawab
Anggota RAPI harus memiliki Rasa tanggung jawab.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
STATUS KEANGGOTAAN
Keanggotaan RAPI terbuka bagi setiap Warga Negara Indonesia yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi yang memiliki izin Komunikasi (IKRAP dan IPPKRAP).
Pasal 3
PERSYARATAN ANGGOTA
Mengajukan permohonan menjadi anggota RAPI sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan oleh organisasi diberikan KTA dan NIA.
Bagi anggota yang melakukan kegiatan komunikasi Radio wajib memiliki izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah (IKRAP).
Dalam hal tertentu Pengurus dapat menetapkan anggota kehormatan di tingkatan masing-masing.
Pasal 4
NOMOR INDUK ANGGOTA
Nomor Induk Anggota (NIA) diterbitkan oleh Pengurus Daerah.
Pasal 5
KARTU TANDA ANGGOTA (KTA)
Kartu Tanda Anggota (KTA) diterbitkan oleh Pengurus RAPI Pusat dan ditanda tangani oleh Ketua Daerah atas nama Ketua Umum.
Pasal 6
GUGURNYA KEANGGOTAAN
Meninggal dunia
Mengundurkan diri
Masa berlaku IKRAP telah habis dan tidak diperpanjang lagi
Diberhentikan
Pasal 7
PERPANJANGAN IZIN DAN KTA
Bagi Anggota RAPI yang melakukan kegiatan komunikasi Radio wajib memperpanjang izin komunikasinya (IKRAP dan IPPKRAP).
Masa berlaku KTA sama dengan masa berlaku IKRAP dan IPPKRAP dan diperpanjang apabila masa berlakunya telah berakhir.
Pasal 8
PEMBERHENTIAN
Anggota dapat diberhentikan oleh Pengurus apabila :
a. Melanggar AD / ART
b. Melanggar peraturan perundang-undangan Negara yang telah mempunyai ketetapan hukum
Tata cara pemberhentian dan pembelaan anggota diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 9
HAK ANGGOTA
Mengikuti kegiatan organisasi
Memiliki hak bicara dan hak suara dalam rapat-rapat
Memiliki hak dipilih dan memilih sebagai Pengurus
Meningkatkan pengetahuan khususnya tentang organisasi dan komunikasi radio serta mengikuti program-program pendidikan dan kaderisasi yang diselengggarakan oleh pengurus.
Pasal 10
KEWAJIBAN ANGGOTA
Mentaati AD/ART serta peraturan yg dikeluarkan oleh Pemerintah maupun Organisasi
Mentaati persyaratan tehnik serta ketentuan lain yang berlaku bagi Stasiun Komunikasi Radio Antar Penduduk
Membayar uang pangkal dan iuran anggota
Menghadiri undangan rapat
Menjunjung tinggi nama baik RAPI
Meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya tentang organisasi dan komunikasi radio serta mengikuti program pendidikan dan kaderisasi yang diselenggarakan oleh pengurus.
BAB IV
KEPENGURUSAN
Pasal 11
SUSUNAN PENGURUS PUSAT
Dewan Pembina RAPI Pusat
a. Menteri Dalam Negeri
b. Menteri Perhubungan
c. Menteri Komunikasi dan Informatika
d. Menteri Sosial
e. Menteri Kesehatan
f. KAPOLRI
Dewan Pertimbangan dan Penasehat Pusat ; paling sedikit 5 orang yang terdiri dari mantan Pengurus Pusat, mantan Ketua Daerah dan para pakar yang ahli di bidangnya.
Dewan Pertimbangan dan Penasehat Pusat bersifat kolektif ; dalam urusan administratif dibantu oleh Sekretariat RAPI Pusat.
Pengurus Pusat
a. Ketua Umum
b. Ketua I
c. Ketua II
d. Ketua III
e. Sekretaris Umum
f. Sekretaris I
g. Sekretaris II
h. Bendahara Umum
i. Bendahara
j. Departemen : Organisasi dan Koordinasi antar Daerah
k.Departemen : Penelitian, Pendidikan dan Pengembangan
l. Departemen : Program kerja, hubungan antar lembaga dan hubungan masyarakat.
Pasal 12
SUSUNAN PENGURUS DAERAH
Dewan Pembina RAPI Daerah
a. Gubernur Provinsi
b. Unsur Pimpinan Daerah provinsi (USPIDA Provinsi)
c. Kepala Organisasi pemerintahan provinsi yang membidangi urusan sosial
d. Kepala Organisasi pemerintahan provinsi yang membidangi urusan Organisasi kemasyarakatan
e. Kepala Organisasi pemerintahan provinsi yang membidangi urusan kesehatan
f. Kepala Organisasi pemerintahan provinsi yang membidangi urusan komunikasi radio.
Dewan Pertimbangan dan Penasehat Daerah
Dewan Pertimbangan dan Penasehat Daerah paling sedikit 5 orang yang terdiri dari mantan Pengurus Daerah, mantan Ketua Wilayah dan para pakar yang ahli di bidangnya.
Dewan Pertimbangan dan Penasehat Daerah bersifat kolektif ; dalam urusan administratif dibantu oleh Sekretariat RAPI Daerah.
Pengurus Daerah :
a. Ketua
b. Wakil Ketua I
c. Wakil Ketua II
d. Sekretaris
e. Wakil Sekretaris
f. Bendahara
g. Biro : Organisasi dan Koordinasi antar Wilayah
h. Biro : Pendidikan dan Kaderisasi
i. Biro : Program Kerja, Hubungan antar lembaga dan Humas.
Susunan tersebut diatas dapat disesuaikan dengan kondisi anggota di daerah masing masing.
Pasal 13
SUSUNAN PENGURUS WILAYAH
Dewan Pembina RAPI Wilayah
a. Bupati / Walikota
b. Unsur Pimpinan Daerah
c. Kepala Organisasi pemerintahan kabupaten/kota yang membidangi urusan sosial
d. Kepala Organisasi pemerintahan kabupaten/kota yang membidangi urusan Organisasi kemasyarakatan
e. Kepala Organisasi pemerintahan kabupaten/kota yang membidangi urusan kesehatan
f. Kepala Organisasi pemerintahan kabupaten/kota yang membidangi urusan komunikasi radio.
Dewan Pertimbangan dan Penasehat Wilayah
Dewan Pertimbangan dan Penasehat Daerah paling sedikit 5 orang yang terdiri dari mantan Pengurus Wilayah, mantan Ketua Lokal dan para pakar yang ahli di bidangnya.
Dewan Pertimbangan dan Penasehat Wilayah bersifat kolektif ; dalam urusan administratif dibantu oleh Sekretariat RAPI Wilayah.
Pengurus Wilayah :
a. Ketua
b. Wakil Ketua I
c. Wakil Ketua II
d. Sekretaris
e. Wakil Sekretaris
f. Bendahara
g. Bagian : Organisasi dan Koordinasi antar Lokal
h. Bagian : Pendidikan dan Kaderisasi
i. Bagian : Program Kerja, Hubungan antar lembaga dan Humas.
Susunan tersebut diatas dapat disesuaikan dengan kondisi anggota di wilayah masing masing.
Pasal 14
SUSUNAN PENGURUS LOKAL
1. Dewan Penasehat Lokal
a. Camat
b. Unsur Pimpinan Kecamatan
c. Senior-senior Lokal
Pengurus Lokal
a. Ketua
b.Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
Seksi – seksi
a. Seksi : Organisasi dan Personalia
b. Seksi : Pendidikan dan Kaderisasi
c. Seksi : Program dan Kegiatan
Susunan Pengurus tersebut diatas dapat disesuaikan dengan kondisi anggota di Lokal masing-masing.
Pasal 15
KRITERIA PENGURUS
Persyaratan Umum Pengurus
a. Anggota RAPI
b. Mampu berorganisasi dan bertanggung jawab atas jabatannya
c. Bersedia menjadi Pengurus yg dinyatakan secara tertulis
d. Bersedia memperpanjang keanggotaan selama periode kepengurusannya
Kriteria Ketua Umum
a. Memenuhi persyaratan umum pengurus
b. Bersedia berdomisili tetap di Ibukota Negara dan atau sekitarnya selama periode kepengurusannya
c. Pernah menjadi pengurus RAPI
d. Berwawasan Nasional
Kriteria Ketua.
a. Memenuhi persyaratan umum pengurus
b. Bersedia berdomisili tetap di Ibukota Ibukota Propinsi/Kabupaten/Kota dan sekitarnya
c. Pernah menjadi pengurus RAPI
Kriteria Dewan Pertimbangan dan Penasehat
a. Memenuhi persyaratan umum pengurus
b. Berdomisili tetap di Ibukota Ibukota Negara/Propinsi/Kabupaten/Kota dan sekitarnya
c. Pernah menjadi pengurus RAPI
Kriteria Dewan Penasehat Lokal
a. Memenuhi persyaratan umum pengurus
b. Berdomisili tetap di Kecamatan dan sekitarnya
Bagi Propinsi/Kabupaten/Kota yang memungkinkan jumlah anggotanya diatur dalam Peraturan Organisasi
BAB V
TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS
Pasal 16
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PERTIMBANGAN DAN PENASEHAT
Dewan Pertimbangan dan Penasehat Pusat / Daerah / Wilayah memiliki wewenang untuk memberikan nasehat dan pertimbangan serta pengawasan yang berkaitan dengan peraturan / kegiatan organisasi di tingkat Pusat / Daerah / Wilayah.
Dewan Penasehat Lokal memiliki wewenang untuk memberikan nasehat dan pertimbangan serta pengawasan yang berkaitan dengan peraturan / kegiatan organisasi di tingkat Lokal.
Pasal 17
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
Pengurus memiliki kewenangan untuk mengurus, mengatur dan memimpin kegiatan organisasi sehari-hari
Pengurus berwenang untuk melakukan pembinaan kepada pengurus setingkat dibawahnya, kecuali pengurus Lokal langsung membina anggota.
Pasal 18
TANGGUNG JAWAB PENGURUS
Pengurus Pusat bertanggung jawab kepada Munas
Pengurus Daerah bertanggung jawab kepada Musda dan Pengurus Pusat
Pengurus Wilayah bertanggung jawab kepada Muswil dan Pengurus Daerah
Pengurus Lokal bertanggung jawab kepada Muslok dan Pengurus Wilayah
BAB VI
MUSYAWARAH
Pasal 19
MUSYAWARAH NASIONAL
Musyawarah Nasional merupakan forum kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan organisasi
Wewenang Musyawarah Nasional
a. Mengadakan penilaian terhadap Laporan kinerja Pengurus Pusat
b. Menetapkan AD dan ART
c. Menetapkan Program kerja Nasional
d. Memilih dan menetapkan Pengurus Pusat
Penyelenggaraan :
a. Munas diselenggarakan oleh Pengurus Pusat
b. MUNAS diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali, kecuali ada hal-hal yang khusus;
c. Dihadiri oleh setengah ditambah satu (1/2+1) jumlah Pengurus Daerah
d. Keputusan MUNAS diupayakan secara musyawarah untuk mufakat.
Bila hal tersebut tidak dapat tercapai, maka keputusan didasarkan pada suara terbanyak, yaitu disetujui oleh setengah ditambah satu (1/2+1) jumlah peserta yang memiliki hak suara.
e. Munas dalam keadaan khusus disebut Musyawarah Nasional Luar Biasa , hanya dapat diselenggarakan atas permintaan minimal dua pertiga (2/3) dari jumlah kepengurusan Daerah
Peserta Musyawarah Nasional
a. Utusan Daerah 3(tiga) orang
b. Peninjau Daerah 3 (tiga) orang
c. Pengurus Pusat
d. Dewan Pembina Pusat
e. Dewan Pertimbangan dan Penasehat Pusat
f. Undangan
Pasal 20
MUSYAWARAH DAERAH
Musyawarah Daerah merupakan forum kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan organisasi daerah
Wewenang Musyawarah Daerah
a. Mengadakan penilaian terhadap Laporan kinerja Pengurus Daerah
b. Menetapkan Program kerja Daerah yg merupakan penjabaran Program kerja Nasional
c. Memilih dan menetapkan Pengurus Daerah
Penyelenggaraan :
a. Musda diselenggarakan oleh Pengurus Daerah
b. Musda diselenggarakan 4 (empat) tahun sekali, kecuali ada hal-hal yang khusus;
c. Dihadiri oleh setengah ditambah satu (1/2+1) jumlah Pengurus Wilayah
d. Keputusan Musda diupayakan secara musyawarah untuk mufakat. Bila hal tersebut tidak dapat tercapai, maka keputusan didasarkan pada suara terbanyak, yaitu disetujui oleh setengah ditambah satu (1/2+1) jumlah peserta yang memiliki hak suara.
e. Musda dalam keadaan khusus disebut Musyawarah Daerah Luar Biasa, hanya dapat diselenggarakan atas permintaan minimal dua pertiga (2/3) dari jumlah kepengurusan Wilayah
Peserta Musyawarah Daerah
a. Utusan Wilayah 3(tiga) orang
b. Peninjau Wilayah 3 (tiga) orang
c. Pengurus Daerah
d. Dewan Pertimbangan dan Penasehat Daerah
e. Pengurus Pusat
f. Undangan
Bagi Daerah yang belum memiliki Wilayah, peserta Musda adalah seluruh anggota Daerah
Pasal 21
MUSYAWARAH WILAYAH
Musyawarah Wilayah merupakan forum kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan organisasi wilayah
Wewenang Musyawarah Wilayah
a. Mengadakan penilaian terhadap Laporan kinerja Pengurus Wilayah
b. Menetapkan Program kerja Daerah yg merupakan penjabaran Program kerja Daerah
c. Memilih dan menetapkan Pengurus Wilayah
Penyelenggaraan :
a. Muswil diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah
b. Muswil diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali, kecuali ada hal-hal yang khusus;
c. Dihadiri oleh setengah ditambah satu (1/2+1) jumlah Pengurus Lokal
d. Keputusan Muswil diupayakan secara musyawarah untuk mufakat. Bila hal tersebut tidak dapat tercapai, maka keputusan didasarkan pada suara terbanyak, yaitu disetujui oleh setengah ditambah satu (1/2+1) jumlah peserta yang memiliki hak suara.
e. Muswil dalam keadaan khusus disebut Musyawarah Wilayah Luar Biasa, hanya dapat diselenggarakan atas permintaan minimal dua pertiga (2/3) dari jumlah kepengurusan Lokal
Peserta Musyawarah Daerah
a. Utusan Lokal 3(tiga) orang
b. Pengurus Wilayah
c. Dewan Pertimbangan dan Penasehat Wilayah
d. Pengurus Daerah
e. Undangan
Bagi Wilayah yang belum memiliki Lokal, peserta Muswil adalah seluruh anggota Wilayah
Pasal 22
MUSYAWARAH LOKAL
Musyawarah Lokal merupakan forum kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan organisasi Lokal
Wewenang Musyawarah Lokal
a. Mengadakan penilaian terhadap Laporan kinerja Pengurus Lokal
b. Menetapkan Jadwal kegiatan yg merupakan penjabaran Program kerja Wilayah
c. Memilih dan menetapkan Pengurus Lokal
Penyelenggaraan :
a. Muslok diselenggarakan oleh Pengurus Lokal
b. Muslok diselenggarakan 2 (dua) tahun sekali, kecuali ada hal-hal yang khusus;
c. Dihadiri oleh setengah ditambah satu (1/2+1) jumlah Anggota Lokal
d. Keputusan Muslok diupayakan secara musyawarah untuk mufakat. Bila hal tersebut tidak dapat tercapai, maka keputusan didasarkan pada suara terbanyak, yaitu disetujui oleh setengah ditambah satu (1/2+1) jumlah peserta yang memiliki hak suara.
e. Muslok dalam keadaan khusus disebut Musyawarah Lokal Luar Biasa, hanya dapat diselenggarakan atas permintaan minimal dua pertiga (2/3) dari jumlah Anggota Lokal
Peserta Musyawarah Lokal
a. Seluruh anggota Lokal
b. Pengurus Lokal
c. Dewan Penasehat Lokal
d. Pengurus Wilayah
e. Undangan
Pasal 23
MUSYAWARAH LUAR BIASA
Musyawarah Luar Biasa diselenggarakan untuk memecahkan masalah organisasi
Musyawarah Luar Biasa diselenggarakan oleh Pengurus Setingkat diatasnya, kecuali Musyawarah Nasional Luar biasa, atas perimbangan Dewan Pertimbangan dan Penasehat Pusat.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan Musyawarah Luar Biasa tetap mengacu pada ketentuan Musyawarah sesuai tingkat Badan Organisasi.
BAB VII
RAPAT – RAPAT
Pasal 24
RAPAT KERJA
Rapat Kerja bertugas untuk mengadakan penilaian atas pelaksanaan Program Kerja hasil Musyawarah dan merumuskan kebijakan pelaksanaan program sampai musyawarah berikutnya.
Rapat Kerja diselenggarakan minimal satu kali dalam satu periode kepengurusan.
Pasal 25
RAPAT KERJA NASIONAL
Rapat Kerja Nasional diselenggarakan oleh Pengurus Pusat
Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh :
a. Pengurus Pusat
b. Dewan Pertimbangan dan Penasehat Pusat
c. Ketua Daerah dan Sekretaris Daerah
d. Undangan dan atau Nara sumber
Pasal 26
RAPAT KERJA DAERAH
Rapat Kerja Daerah diselenggarakan oleh Pengurus Daerah
Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh :
a. Pengurus Daerah
b. Dewan Pertimbangan dan Penasehat Daerah
c. Ketua Daerah dan Sekretaris Wilayah
d. Pengurus Pusat
e. Undangan dan atau Nara sumber
Pasal 27
RAPAT KERJA WILAYAH
Rapat Kerja Wilayah diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah
Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh :
a. Pengurus Wilayah
b. Dewan Pertimbangan dan Penasehat Wilayah
c. Ketua Daerah dan Sekretaris Lokal
d. Pengurus Daerah
e. Undangan dan atau Nara sumber
Pasal 28
RAPAT PARIPURNA
Rapat Paripurna diselenggarakan untuk membahas permasalahan organisasi dan pelaksanaan program kerja
Diselenggarakan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali
Rapat Paripurna Pusat dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina Pusat
b. Dewan Pertimbangan dan Penasehat
c. Pengurus Pusat
d. Pengurus Daerah yang terkait dengan materi pokok rapat
Rapat Paripurna Daerah dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina Daerah
b. Dewan Pertimbangan dan Penasehat Daerah
c. Pengurus Daerah
d. Pengurus Wilayah yang terkait dengan materi pokok rapat
e. Pengurus Pusat sebagai Nara Sumber
Rapat Paripurna Wilayah dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina Wilayah
b. Dewan Pertimbangan dan Penasehat Wilayah
c. PengurusWilayah
d. Pengurus Lokal yang terkait dengan materi pokok rapat
e. Pengurus Daerah sebagai Nara Sumber
Rapat Paripurna Lokal dihadiri oleh :
a. Dewan Penasehat Lokal
b. Pengurus Lokal
c. Anggota Lokal yang terkait dengan materi pokok rapat
d. Pengurus Wilayah sebagai Nara Sumber
Pasal 29
RAPAT PENGURUS
Rapat Pengurus diselenggarakan untuk membahas permasalahan organisasi, rencana kerja dan laporan pelaksanaan kegiatan
Rapat Pengurus diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali dihadiri oleh Pengurus dan Dewan Pertimbangan dan Penasehat / Dewan Penasehat Lokal
Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu atas usul Sekretaris Umum/ Daerah / Wilayah / Lokal dan atau atas usul lebih dari satu Departemen / Biro / Bagian / Seksi
Pasal 30
RAPAT KORDINASI
Rapat Kordinasi dapat diselenggarakan untuk meningkatkan efektifitas pembinaan organisasi dan atau mensinkronisasikan pelaksanaan kegiatan.
Pasal 31
TATA TERTIB RAPAT
Tata tertib rapat diatur dengan Peraturan Organisasi
Tata tertib Musayawarah dan Rapat Kerja diatur dengan Peraturan Organisasi dan dapat disesuaikan dengan kondisi setempat, selanjutnya disahkan sebagai pedoman yang mengikat pada Musyawarah dan Rapat Kerja yang bersangkutan.
BAB VIII
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 32
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan dalam Musyawarah dan Rapat-rapat diupayakan untuk mencapai mufakat
Pada Rapat Pengurus dan Rapat Paripurna, setiap pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat
Setiap keputusan Musyawarah dan rapat rapat yang bersifat mengikat bagi Pengurus dan Anggota dituangkan dalam Surat Keputusan.
Pasal 33
KEPUTUSAN SUARA TERBANYAK
Keputusan Suara terbanyak adalah pengambilan keputusan dengan penghitungan dukungan setengah ditambah satu (1/2 +1) dari jumlah peserta.
Tata cara pengambilan keputusan dengan suara terbanyak diatur dalam tata tertib musyawarah.
BAB IX
PEMILIHAN, PEMBENTUKAN DAN PENGESAHAN PENGURUS
Pasal 34
PEMILIHAN PENGURUS
Pemilihan Pengurus dilakukan pada Musyawarah
Kepengurusan terdiri atas : Dewan Pembina, Dewan Pertimbangan dan Penasehat serta Pengurus
Pemilihan Ketua Umum RAPI Pusat / Ketua Daerah/ Ketua Wilayah / Ketua Lokal dilakukan pada Musyawarah dan dilakukan oleh Formatur
Tata cara pemilihan Ketua dan penyusunan Pengurus diatur dalam tata tertib sidang yang ditetapkan pada sidang musyawarah
Tata tertib sidang tidak boleh bertentangan dengan AD/ART serta Peraturan Organisasi
Formatur adalah satu tim yang dibentukuntuk membantu Ketua Terpilih dalam menyusun kepengurusan dan melibatkan pengurus demisioner dengan mempertimbangkan kesediaan, kemampuan dan rekomendasi dari pengurus calon yang bersangkutan, terdiri atas :
a. Ketua Umum / Ketua terpilih
b. Seorang yg mewakili Pengurus demisioner
c. Beberapa orang peserta yang dipilih dan ditugaskan oleh Musyawarah.
Pasal 35
PEMBENTUKAN DAN PENGESAHAN PENGURUS
Pembentukan Pengurus dilakukan secara bertingkat, kecuali dalam hal-hal khusus dan mendesak dapat ditetapkan oleh pengurus yang setingkat diatasnya
Pengurus Lokal dibentuk melalui Musyawarah Lokal dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan oleh Pengurus Wilayah
Pengurus Wilayah dibentuk melalui Musyawarah Wilayah dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan oleh Pengurus Daerah
Pengurus Daerah dibentuk melalui Musyawarah Daerah dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan oleh Pengurus Pusat.
Pengurus Pusat dibentuk dan disahkan melalui Musyawarah Nasional dan dikukuhkan oleh Dewan Pembina (Menteri Perhubungan)
Dalam struktur organisasi tidak dibenarkan jabatan rangkap. Yang diatur jabatan rangkap diatur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 36
PEMBINAAN PENGURUS
Pengurus Pusat membina Pengurus Daerah, Pengurus Daerah membina Pengurus Wilayah, Pengurus Wilayah membina Pengurus Lokal dan Pengurus Lokal membina Anggota
Departemen pada kepengurusan Pusat memberikan supervisi atas pelaksanaan tugas kepada Biro pada kepengurusan Daerah, demikian seterusnya secara berjenjang sampai Lokal.
Laporan kegiatan secara berkala perlu di lakukan untuk pembinaan organisasi.
BAB X
PERGANTIAN ANTAR WAKTU
Pasal 37
PERGANTIAN PENGURUS ANTAR WAKTU
Untuk meningkatkan kinerja organisasi, dapat dilakukan Pergantian Pengurus Antar Waktu
Rencana pergantian pengurus antar waktu dibahas dibahas dalam rapat pengurus baik berupa pengisian jabatan lowong, mutasi intern maupun pengangkatan dalam jabatan
Hasil rapat pengurus tersebut dilaporkan kepada pengurus setingkat diatasnya, untuk mendapatkan persetujuan dan penerbitan Surat Keputusan
Tata cara pergantian pengurus antar waktu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.
BAB XI
PEMBEKUAN DAN PEMBUBARAN
Pasal 38
PEMBEKUAN
Pengurus dapat dibekukan bila secara nyata terbukti melanggar Undang Undang Negara dan Peraturan Pemerintah, AD-ART dan Peraturan Organisasi.
Tindakan Pembekuan kepengurusan dilakukan oleh pengurus setingkat diatasnya
Rencana Pembekuan dibahas dalam Rapat Pengurus setingkat diatasnya, dengan tetap memberi kesempatan kepada Pengurus yang bersangkutan untuk memberi penjelasan dan atau pembelaan.
Tata cara pembekuan pengurus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.
Pasal 39
PEMBUBARAN
RAPI hanya dapat dibubarkan berdasarkan keputusan Musyawarah Nasional yang khusus diadakan untuk maksud itu.
Musyawarah Nasional Luar Biasa untuk pembubaran organisasi RAPI hanya sah bila dihadiri oleh sekurang kurangnya tiga perempat (3/4) dari Pengurus Daerah seluruh Indonesia
Keputusan pembubaran organisasi RAPI harus disetujui sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari peserta Munaslub yang hadir
Harta kekayaan dan aset-aset organisasi setelah keputusan pembubaran, dihibahkan kepada lembaga sosial
Tata cara pembubaran organisasi RAPI diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
BAB XII
PERBENDAHARAAN
Pasal 40
KEUANGAN
Seluruh dana yang diperoleh organisasi dari berbagai sumber wajib dimanfaatkan hanya untuk membiayai seluruh kegiatan organisasi dan kegiatan sosial lainnya yang ditetapkan oleh pengurus.
Pasal 41
SUMBER DANA
Uang pangkal anggota ditetapkan sebesar Rp. 15.000,– dibebankan kepada calon anggota, dipungut oleh Pengurus
Iuran anggota ditetapkan sebesar Rp. 1.000,– per bulan, dipungut sekaligus untuk masa berlakunya Izin / KTA, dipungut oleh Pengurus
Alokasi penggunaan uang pangkal dan iuran anggota ditetapkan sebagai berikut:
a. Alokasi Lokal : 40%
b. Alokasi Wilayah : 30%
c. Alokasi Daerah : 20%
d. Alokasi Pusat : 10%
Anggota dan calon anggota wajib menyetorkan alokasi tersebut ayat 3 kepada rekening Giro Pos atas nama organisasi sesuai tingkatannya.
Selain uang pangkal dan iuran anggota, sumber dana organisasi diperoleh dari sumbangan suka rela, kontribusi badan usaha dan usaha-usaha lain yang sah dan tidak mengikat
Untuk mendukung biaya kegiatan organisasi, Pengurus dapat membentuk Badan Usaha.
Pasal 42
PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB
Harta kekayaan organisasi terdiri dari barang bergerak, barang tidak bergerak dan dana keuangan
Seluruh kekayaan organisasi wajib dikelola dengan administrasi secara tertib dan benar
Posisi keuangan dan aset organisasi wajib dilaporkan secara berkala pada Rapat Paripurna
Pengurus Wilayah bertanggung jawab penuh atas tertibnya penyelenggaraan administrasi uang pangkal dan iuran anggota.
Tata cara pengelolaan sumbangan sujarela, kontribusi badan usaha, dan usaha-usaha lain yang sah dan tidak mengikat, diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi
BAB XIII
ATRIBUT
Pasal 43
LOGO
Logo merupakan simbol perwujudan persatuan dan kesatuan
Bentuk :
Bentuk oval terdiri atas dua lingkaran bagian dalam dan luar, dengan perbandingan 3 : 2
Warna :
Warna dasar lingkaran bagian luar berwarna putih
Warna dasar lingkaran bagian dalam berwarna hijau fluorecent dengan garis hitam
Tulisan :
Tulisan RAPI diletakkan pada bagian tengah lingkaran bagian dalam. Jenis huruf adalah STOP modifikasi.
Tulisan RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA diletakkan diatas pada lingkaran luar, secara simetris dan proporsional mengikuti lingkaran bagian luar
Pada lengkungan bawah dapat diisi nama Daerah atau Wilayah.
Pasal 44
BENDERA
Bendera merupakan identitas organisasi
Warna dasar bendera RAPI adalah putih
Logo RAPI diletakkan secara simetris dan proporsional ditengah bendera
Identitas Daerah, Wilayah dal Lokal dapat diletakkan dibawah Logo RAPI
Bendera RAPI memiliki dua bentuk yaitu :
a. Empat persegi panjang dengan perbandingan 3:5 digunakan untuk Upacara
b. Segitiga sama kaki dengan perbandingan 4:3 digunakan untuk stasiun bergerak
Pasal 45
LAGU
Lagu Resmi organisasi adalah “MARS RAPI” Ciptaan Didik W Sudjarwadi JZ11AGY
Pasal 46
PAKAIAN SERAGAM
Pakaian Seragam organisasi adalah sarana untuk menumbuhkan kebanggaan korps, rasa percaya diri, dan pada akhirnya mampu mengangkat citra organisasi.
Penggunaan pakaian seragam mampu meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta rasa kebersamaan sesama anggota.
Pakaian seragam terdiri atas :
a. Pakaian Seragam Harian (PSH) dipergunakan pada setiap kegiatan yang bersifat operasional di lapangan
b. Pakaian Seragam Upacara (PSU) dipergunakan pada setiap kegiatan resmi yang bersifat seremonial
Warna dasar, model, bentuk dan letak pemasangan atribut Pakaian Seragam diatur dengan Peraturan Organisasi
BAB XIV
SANKSI
Pasal 47
SANKSI
Sanksi Organisasi dikenakan karena pelanggaran kode etik, AD dan ART, peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun organisasi
Sanksi organisasi berupa : Peringatan, pemberhentian dari jabatan, skorsing dan pemberhentian anggota.
Sanksi organisasi dapat dikenakan kepada anggota maupun pengurus
Tata cara pemberian sangsi dan pembelaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.
BAB XV
PENGESAHAN AD-ART
Pasal 48
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini di sahkan pada Musyawarah Nasional RAPI ke-5 tahun 2005 di Ciawi, Bogor, Jawa Barat.
Pasal 49
ATURAN PERALIHAN
Hal-hal yang tidak atau belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur dan ditetapkan kemudian dengan Peraturan Organisasi
Pasal 50
PENETAPAN
Anggaran Rumah Tangga RAPI untuk pertama kalinya ditetapkan oleh Rapat Paripurna Pengurus RAPI Pusat di Jakarta tanggal 2 Desember 1980 ;
selanjutnya disempurnakan pada
Kongres RAPI ke 1 di Solo tanggal 25 Maret 1984;
Kongres II selaku Munas RAPI ke 2 di Cipayung Bogor tanggal 29 Nopember 1987 ;
Munas RAPI ke-3 di Bandung tanggal 27 Juni 1993 ;
Munas RAPI ke-4 di Denpasar tanggal 30 Januari 2000;
Munas RAPI ke-5 di Ciawi Bogor tanggal 22 Mei 2005.

KODE REGION

TABEL KODE REGION RAPI
01. DAERAH ISTIMEWA NANGROE ACEH DARSLM ( 01 )
02. PROPINSI SUMATERA UTARA ( 02 )
03. PROPINSI SUMATERA BARAT ( 03 )
04. PROPINSI RIAU ( 04 )
05. PROPINSI JAMBI ( 05 )
06. PROPINSI SUMATERA SELATAN ( 06 )
07. PROPINSI BENGKULU ( 07 )
08. PROPINSI LAMPUNG ( 08 )
09. DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA ( 09 )
10. PROPINSI JAWA BARAT ( 10 )
11. PROPINSI JAWA TENGAH ( 11 )
12. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ( 12 )
13. PROPINSI JAWA TIMUR ( 13 )
14. PROPINSI BALI ( 14 )
15. PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ( 15 )
16. PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR ( 16 )
18. PROPINSI KALIMANTAN TIMUR ( 18 )
19. PROPINSI KALIMANTAN SELATAN ( 19 )
20. PROPINSI KALIMANTAN TENGAH ( 20 )
21. PROPINSI KALIMANTAN BARAT ( 21 )
22. PROPINSI SULAWESI UTARA ( 22 )
23. PROPINSI SULAWESI TENGAH ( 23 )
24. PROPINSI SULAWESI SELATAN ( 24 )
25. PROPINSI SULAWESI TENGGARA ( 25 )
26. PROPINSI MALUKU ( 26 )
27. PROPINSI PAPUA ( 27 )
28. PROPINSI MALUKU UTARA ( 28 )
30. PROPINSI BANTEN ( 30 )
31. PROPINSI BANGKA BELITUNG ( 31 )
32. PROPINSI GORONTALO ( 32 )

Etika Komunikasi

A. Komunikasi Point to Point
  1. Memantau dahulu / memonitor pada frekwensi / kanal yang diinginkan
  2. Wajib menyebutkan 10-28 (callsign) & 10–20 (posisi / tempat) memancar
  3. Menyebutkan 10-28 dan biasakan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan
  4. Memberikan kesempatan / prioritas kepada penyampai berita-berita yang penting
  5. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
  6. Mengatur jalur / kanal apabila muncul pertama kali di kanal / frekwensi
  7. Apabila jalur / kanal sibuk sementara butuh komunikasi agak panjang dengan seseorang, sebaiknya bergeser (tidak memonopoli kanal/ frekwensi)
  8. Menggunakan Kode Ten (kode 10) untuk efisiensi komunikasi
  9. Membiasakan menulis di Log Book, dicatat dengan siapa berkomunikasi dan kapan / tanggal dan waktu komunikasi dilakukan
  10. Menggunakan Nama Panggilan Juliet Zulu, No Daerah dan Suffiknya, contoh JZ06KA
  11. Dilarang menjadi net pengendali apabila sedang dalam statiun bergerak
B. Komunikasi melalui Repeater / pancar ulang
  1. Memonitor dahulu selama 3-5 menit
  2. Memperhatikan siapa yang sedang berkomunikasi
  3. Memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan. (penting/tidak)
  4. Masuk pada spasi atau interval (tidak perlu menggunakan kata break atau contact), dengan menyebutkan Callsign (10-28) dan apabila ingin berkomunikasi / memanggil seseorang, langsung memanggil dengan menyebut 10-28 orang yang dipanggil (contoh: JZ06KA memanggil JZ06KB, maka pada jeda spasi JZ06KA langsung masuk dengan mengatakan: JZ06KB, JZ06KA 10-25)
  5. Tidak perlu tergesa-gesa, komunikasikan dengan kata-kata yang jelas dan mudah dimengerti / difahami
  6. Berkomunikasi seperti pada kanal / frekwensi kerja biasa
  7. Apabila ada hal yang bersifat darurat / emergency silahkan gunakan interupsi pada spasi / interval.
  8. Jangan memonopoli frekwensi dengan berkomunikasi hanya dengan satu orang, dan selalu memberikan kesempatan kepada orang lain yang mau menggunakan pancar ulang
  9. Membiasakan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan.
  10. Memberikan kesempatan kepada pengguna di lapangan / stasiun bergerak yg menggunakan perangkat dengan kemampuan terbatas
  11. Mengutamakan / memberikan kesempatan pada pembawa berita yg bersifat emergency / darurat
  12. Tidak dianjurkan berkomunikasi melalui repeater dengan menggunakan peralatan penguat mikrofon seperti: Echo, ALC, dsb - karena audio justru akan menjadi melebar dan tidak nyaman bagi orang lain yg mendengarkan.
C. Penggunaan kata INTERUPSI
  1. Apabila mau memotong / menyela pembicaraan disebabkan ada sesuatu informasi yang penting, gunakan pada saat jeda komunikasi atau spasi, kemudian masuk dengan menyebutkan identitas diri, Contoh : JZ06KA interupsi ... dan yang sedang berkomunikasi sebaiknya mempersilahkan yg menginterupsi menggunakan frekwensi
  2. Setelah selesai kepentingannya sebaiknya dikembalikan pada pengguna sebelumnya dengan mengucapkan : Terima Kasih
  3. Kata Break atau Contact sebaiknya tidak dipakai, baik untuk keperluan menyela pembicaraan maupun apabila hanya ingin bergabung didalam pembicaraan / komunikasi
  4. Apabila tidak ada sesuatu yang penting dan hanya ingin bergabung maka pada saat jeda / spasi cukup menyebutkan identitas diri, Contoh: JZ06KA masuk / bergabung atau cukup dengan menyebut JZ06KA saja
  5. Apabila mengetahui ada yang mau bergabung, pengguna sebelumnya sebaiknya juga merespon, Contoh: TerdengarJZ06KA, mohon bersabar satu dua kesempatan

Kode Alphabet


Kode Sepuluh (Ten Code)

Kode Komunikasi Sepuluh atau Ten Code, kode yang dipergunakan RAPI pada pita frekuensi HF (11 M) Frek. 26,960 – 27,410 MHz; VHF (2 M) Frek. 142.000 – 143.600 MHz

10-1      Diterima tidak sempurna (Receiving Poorly)
10-2      Diterima sempurna (Receiving Well)
10-3      Berhenti mengudara (Stop Transmiting)
10-4      Berita Diterima, OK (OK Message)
10-5      Berita ditujukan ke …. (Relay to Message)
10-6      Ada Kesibukan, Monitor (Bussy, Standby)
10-7      Perangkat Rusak // Tidak dapat mengudara
10-8      Sedang diperbaiki, jika baik kembali mengudara
10-9      Berita Diulang (Repeat Message)
10-10    Berita selesai disampaikan, Monitor
10-11    Berbicara terlalu cepat (Talking to fast)
10-12    Mengundurkan diri / Ada Tamu
10-13    Laporan keadaan cuaca / jalanan
10-14    Berita / Informasi (Message / Information)
10-15    Berita tidak benar (Uncorrect Message)
10-16    Mohon dijemput / diambil di ….
10-17    Ada urusan penting (Urgent Bussines)
10-18    Ada sesuatu untuk kami ? (Anything for us ?)
10-19    Bukan untuk Anda, harap dikembalikan
10-20    Lokasi (Location)
10-21    Hubungan melalui telepon (Call by Telephone)
10-22    Laporkan sendiri ke…. (Report in person to ….)
10-23    Menunggu // Standby
10-24    Selesai melaksanakan tugas
10-25    Dapatkah anda menghubungi …. (Can you contact ….)
10-26    Info terakhir tidak serius, bercanda
10-27    Pindah frekuensi (I’m moving to channel / freq)
10-28    Nama panggilan (Call sign)
10-29    Waktu komunikasi cukup
10-30    Tidak menaati peraturan
10-31    Antena yang digunakan
10-32    Laporan sinyal dan modulasi
10-33    Keadaan DARURAT (EMERGENCY)
10-34    Butuh bantuan, ada kesulitan di stasiun ini
10-35    Informasi Rahasia (Confidental Information
10-36    Pukul berapa ? (Correct Time)
10-37    Perlu mobil derek di ….
10-38    Perlu AMBULANCE di ….
10-39    Berita telah sampai (Message Delivered)
10-40    Perlu DOKTER di …. (Doctor neede at ….)
10-41    Mohon pindah frekuensi ke ….
10-42    Kecelakaan Lalu Lintas di …. (Traffic Accident at)
10-43    Kemacetan Lalu Lintas di …. (Traffic Tie Up at)
10-44    Saya ada pesan untuk anda
10-45    Unit dalam jangkauan mohon melapor
10-46    Sopir cadangan (Assist Motorist / Need Assist)
10-47    Waktu berangkat jam …. ((Departure Time)
10-48    Waktu tiba jam (Arrived Time)
10-49    Titik pertemuan di …. (to meet at / pick up at)
10-50    Mohon kosongkan kanal (Break)
10-51    BBM habis / penuh (Stop for Gas / Full)
10-52    Butuh ban (Rubber Need)
10-53    Mobil pengantar / pengawal
10-54    Frekuensi koordinasi (Freq, Allocation)
10-55    Pengendara yang melanggar peraturan
10-56    Laporan perkembangan (Progress Report)
10-57    Butuh alat penerangan (Lighting Needed)
10-58    Mobil mogok (to strike car)
10-59    Membutuhkan montir
10-60    Perintah selanjutnya …. ?
10-61    Jalan tidak bisa dilewati
10-62    Tidak tersdengar, melalui telephon saja
10-63    Bankom dilaporkan oleh ….
10-64    Frekuensi ini bersih
10-65    Menunggu berita selanjutnya
10-66    Berita ditunda / Batal (Cancel Message)
10-67    Semua siap bertugas (All unit Comply)
10-68    Ada acara pertemuan (Have a meeting at)
10-69    Urusan pribadi (Private Business)
10-70    Ada KEBAKARAN di ….
10-71    Radio yang digunakan ….
10-72    Pengarahan dari ….
10-73    Kurangi kecepatan di ….
10-74    Tidak (Negative)
10-75    Gangguan radio (Causing Interverence)
10-76    Tujuan perjalanan ke ….
10-77    Tidak berkomunikasi dengan ….
10-78    Pekerjaan / Sekolah (School / Occupation)
10-79    Membutuhkan makanan / minuman
10-80    Stasiun Pancar Ulang (Repeater Station)
10-81    Pesankan kamar di hotel ….
10-82    Pesankan tempat untuk ….
10-83    Pelengkapan caangan
10-84    Nomor telephon ….
10-85    Alamat saya / anda ….
10-86    Nomor telephon bagian informasi
10-87    Mohon dijemput di ….
10-88    Salam, Peluk dan Cium (Love and Kisses)
10-89    Butuh montir radio di ….
10-90    Gangguan terhadap Televisi (TV)
10-91    Bicara dekat microphone
10-92    Frekuensi Anda tidak tepat
10-93    Cek frekuensi perangkat saya
10-94    Berbicara panjang untuk Tuning
10-95    Mengudara dengan sinyal setiap 5 detik
10-96    Gangguan Jammer
10-97    Tes pada pemancar
10-98    Kegiatan net (Net Activity)
10-99    Tugas selesai, semua orang selamat
10-100    Ke kamar mandi
10-200    Perlu bantuan Polisi di ….
10-300    Perlu bantuan Pemadam Kebakaran di ….
10-400    Perlu bantuan Tibum di ….
10-500    Perlu bantuan Provost di ….
10-600    Perlu bantuan Militer di …
10-700    Perlu bantuan SAR di ….
10-800    Perlu bantuan PLN di ….
10-900    Perlu bantuan di ….
51             Salam Keluarga
55             Salam Sejahtera
73             Best Regard
88             Love and Kisses

KODE ETIK RAPI DAN PANCA BHAKTI RAPI

KODE ETIK RAPI

1.  Anggota RAPI harus berjiwa dan bersikap PATUH;

Anggota RAPI  harus Patuh dan Tertib Menjalankan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, serta   tata-aturan Organisasi.

2.  Anggota RAPI harus berjiwa dan bersikap JUJUR;

Anggota RAPI harus memiliki jiwa yang bersih dan berperilaku Jujur.

3.  Anggota RAPI harus berjiwa dan bersikap SANTUN;

Anggota RAPI harus berjiwa, bersikap Santun dalam bertindak dan berbicara sopan saat berkomunikasi.

4.  Anggota RAPI harus berjiwa dan bersikap TANGGUNG JAWAB;

Anggota RAPI harus Memiliki jiwa dan sikap Tanggung Jawab terhadap Organisasi dalam menjalankan roda Organisasi serta pengabdian terhadap masyarakat.

5.  Anggota RAPI harus berjiwa dan bersikap TANGGAP;

Anggota RAPI harus memiliki jiwa, sikap cepat tanggap, peka dan peduli terhadap situasi lingkungan sosial.


                                                              Panca Bhakti


  1. Seorang anggota RAPI harus enerjik
  2. Seorang anggota RAPI harus peka dan tanggap terhadap Aspek Sosial Kemasyarakatan
  3. Seorang anggota RAPI harus mempunyai daya juang yang menonjol pada Bangsa dan Negara Republik Indonesia
  4. Seorang anggota RAPI harus berjiwa G
  5. Seorang anggota RAPI harus rendah hati
  6. otong Royong

SEJARAH BERDIRINYA RAPI

Radio Antar Penduduk Indonesia (disingkat RAPI) adalah sebuah organisasi sosial nirlaba di Indonesia yang beranggotakan pengguna perangkat radio komunikasi.
Sesuai dengan namanya, anggota RAPI menggunakan perangkat radionya untuk berkomunikasi dengan sesama anggota masyarakat lainnya. Sebagai dasar verifikasi identitas pengguna perangkat radio digunakan call sign JZ (baca: Juliet Zulu) untuk semua anggotanya tanpa pembedaan hirarki.
KRAP atau Komunikasi Radio Antar Penduduk adalah suatu system komunikasi radio yang nama aslinya Citizen Band (CB).
Sejak tahun 1958 dinegara asalnya, Amerika Serikat pemakaian KRAP secara resmi di legalisir.  Badan yang mengelolanya adalah Federal Communications Commission (FCC). KRAP memang diperuntukkan bagi anggota masyarakat terutama sebagai sarana komunikasi radio bila masyarakat mendapat kesulitan. Kesulitan tersebut, dapat berupa kehabisan bahan bakar ditengah jalan, kecelakaan lalu lintas yang membutuhkan pertolongan segera, terjadi tanah longsor atau sekedar menanyakan alamat tertentu. Oleh karena itu kebanyakan pesawat KRAP dipasang diatas kendaraan, begitu mendapat kesulitan dijalan KRAP-lah yang siap membantu. Di Amerika KRAP telah begitu memasyarakat sehingga beberapa instansi resmi secara aktif ikut terjun di dalamnya. Instansi yang dimaksud diantaranya kepolisian, SAR, pemadam kebakaran dan penanggulangan kecelakaan. Instansi-instansi ini selalu memonitor pada suatu jalur tertentu (sekarang menggunakan jalur 9) yang disebut “jalur gawat darurat” apabila terdengar berita yang sifatnya meminta bantuan, maka instansi yang bersangkutan siap membantunya.

Kegunaan KRAP bukan hanya seperti yang disebut diatas saja, melainkan lebih luas lagi misalnya untuk menunjang pelaksanaan pembangunan gedung – gedung seperti pemberi komando bagi para pekerja dan banyak dimanfaatkan untuk keperluan sport dan lain sebagainya.

Tidak setiap Negara mengijinkan pemakaian KRAP.  Hanya beberapa Negara tertentu saja yang melegalisir penggunaan KRAP.

Sejarah masuknya KRAP di Indonesia secara tepat sulit untuk ditelusuri, namun jelas penggunaan pesawat KRAP di Indonesia telah cukup lama. Pesawat–pesawat KRAP banyak digunakan secara gelap-gelapan, misalnya digunakan Satpam perkebunan sebagai sarana komunikasi pengamanan kebun dan banyak pula yang digunakan untuk menghubungkan dari tempat yang satu ketempat yang lain, hal ini terjadi beberapa tahun yang lalu sewaktu sarana telpon sulit diperoleh.

Dengan semakin berkembangnya perdagangan antar Negara dan kemudahan masuknya barang-barang impor ke Indonesia maka perangkat CB atau KRAP tak ketinggalan ikut masuk ke Indonesia. Pada tahun 1975 adalah merupakan awal tumbuhnya pemakaian KRAP untuk komunikasi yang bersifat hoby. Pemilik KRAP yang satu saling berhubungan dengan yang lain yang akhirnya tumbuh rasa kebersamaan dan membentuk kelompok-kelompok yang sehaluan. Tumbuhnya pemakaian KRAP semula hanya terbatas dikota-kota besar saja seperti Jakarta, Bandung dan Medan, akan tetapi dalam beberapa saat saja telah menjalar kekota-kota kecil. Disatu kota saja timbul beberapa kelompok yang menyebut dirinya organisasi yang seakan-akan telah resmi, sedangkan tak ada satu Organisasi KRAP yang resmi sebelum akhir 1980. Dapat dikatakan pemakaian KRAP sampai akhir tahun 1980 merupakan pelanggaran, karena belum ada satu aturan pun yang mensyahkannya.

Pemerintah setelah melihat kenyataan tak dapat melarang begitu saja dalam hal ini pemakaian KRAP, di samping itu mengingat komunikasi radio tersebut tidak boleh digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang merugikan Negara dan masyarakat dan diperlukan ketentuan-ketentuan persyaratan serta perijinan komunikasi radio antar penduduk, maka Menteri Perhubungan menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor SI, 11/HK 501/Phb-80 tentang Perijinan Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk tanggal 6 Oktober 1980.

Seperti di Amerika Serikat, Indonesia juga memberlakukan frekwensi 26,965 sampai 27,405 MHz, untuk keperluan komunikasi antar penduduk. Frekwensi ini dibagi menjadi 40 aluran (channels) sama dengan di AS. Aluran 9 telah diatur untuk penyampaian berita gawat darurat yang menyangkut keamanan Negara, ketertiban umum, keselamatan jiwa dan harta benda.

Sekalipun sama-sama menggunakan gelombang radio, KRAP berbeda dengan Radio Amatir. Masing-masing dibatasi dalam penggunaan gelombang radio yang dijatahkan dalam penggunaannya.

Dalam rangka pelaksanaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor SI, 11/HK 501/Phb-80 tentang Perizinan Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk yang bertugas antara lain membantu pemerintah dalam pengawasan dan pembinaan terhadap para penyelenggara  Komunikasi Radio Antar Penduduk.  Untuk keperluan pembinaan, pengelolaan dan pengendalian organisasi tersebut perlu segera ditetapkan susunan Pegurus Pusat organisasi tersebut. Oleh karena itu Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi pada tanggal 31 Oktober 1980 dengan suratnya Nomor 6356/OT.002/Ditfrek/80 menunjuk kelompok formateur, yaitu :                  
  1. Soedarto 
  2. Eddie M Nalapraya
  3. Soetikno Buchari
  4. A. Pratomo Bc.T.T
  5. Lukman Arifin SH                
Tugas formateur tersebut adalah :  
  1. Menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dari Organisasi KRAP tingkat pusat. 
  2. Menyusun Pengurus Pusat dari organisasi KRAP.
Setelah dilakukan musyawarah dengan berbagai pertimbangan maka akhirnya terbentuklah susunan keanggotaan Pengurus Pusat Organisasi Radio Antar Penduduk yang disingkat RAPI yang mempunyai masa kerja selama dua tahun.

Didirikannya organisasi RAPI sebagai satu-satunya organisasi bagi para penyelenggara Komunikasi Radio Antar Penduduk, dengan demikian tak ada lagi Organisasi lain yang sah selain RAPI yang berhak mengelola KRAP.

Organisasi tersebut didasarkan atas Keputusan Dirjen Postel Nomor 125/Dirjen/1980 Dirjen Postel menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDRAL POS DAN TELEKOMUNIKASI TENTANG PENDIRIAN DAN PENGANGKATAN PENGURUS PUSAT ORGANISASI RADIO ANTAR PENDUDUK, tertanggal 10 Nopember 1980. Kemudian mengangkat Bapak Eddie M Nalapraya sebagai Ketua Umum yang pertama.

Tanggal 10 November kemudian diperingati sebagai Hari Ulang Tahun RAPI.Tugas utama organisasi RAPI adalah membantu pemerintah dalam membina dan melaksanakan pengawasan terhadap pengguna KRAP di Indonesia. Pengurusan RAPI Pusat dari tahun 1980 – 1984 benar-benar bekerja keras dalam mewujudkan terbentuknya kepengurusan tingkat propinsi / daerah. Sampai akhir tahun 1984, 26 Daerah Tingkat I telah terbentuk kepengurusan dangan jumlah anggota lebih dari 20.000 orang seluruh Indonesia kecuali Timor-timor.  

MASA TRANSISI 1985 – 1992Perkembangan Organisasi RAPI yang demikian pesat, secara tiba-tiba terganggu oleh kebijakan Menparpostel melalui SK. No. KM. 48/PT.307 MPP/1985 dimana pengguna fasilitas perangkat 11 meter akan dihapus secara bertahap dari KRAP dan diganti dengan perangkat 62 cm (UHF) yang jarak jangkauannya hanya tetangga.
Gencarnya seluruh anggota RAPI didalam upaya mempertahankan KRAP dengan perangkat 11 meter (HF melalui berbagai upaya yang positif, telah mengetuk hati Menparpostel dengan mengendurkan batas waktu terakhir penggunaan perangkat 11 meter (HF) dari tahun 1989 menjadi tahun 1994 melalui SK.

Menparpostel No. KM. 79/PT.307/MPPT/87, yang disampaikan pemberitahuannnya oleh Menparpostel langsung pada Munas RAPI ke II tahun 1987 di Cipayung tanggal 27-29 November 1987.Kemudian pada waktu Munas ke III di Bandung tanggal 25-27 Juni 1993 warga RAPI secara lisan telah mendengar langsung dari Bapak Dirjen Postel, bahwa rencana penghapusan penggunaan perangkat 11 meter band (VHF) yang bekerja pada frekwensi 142.000 – 143.600 MHz. MASA KEBANGKITAN RAPI               

Melalui SK Dirjen Postel No.92/Dirjen/94 tanggal 25 Juli 1995 ditetapkan bahwa KRAP bekerja pada 3 Band, yaitu : 
  1. HF (11 meter)              = 26.960    –  27.410 MHz
  2. UHF (62 cm)                = 476.410  –  477.415 MHz 
  3. VHF (2 meter)             = 142.000  –  143.600 MHz 
Dengan ketetapan baru ini, gairah anggota bangkit untuk aktif lagi di RAPI.